Aku
tidak pernah menyangka bahwa aku akan dipertemukan dengan seseorang yang pernah
aku rindukan sosoknya selama ini. Seseorang yang memiliki sosok sabar nan tegas
pada sikapnya, cara berpikir yang lugas nan pantas, dan berhati ramah nan
lembut. Dia adalah seseorang yang belum lama ku temui, karena adanya kesamaan
dalam kepentingan nilai akademik. Pertemuan singkat namun berbuah manis saat
ini, walaupun aku harus meneguk kopi pahit sebelumnya. Entah kenapa awalnya,
semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya tidak semua orang
setia ada pilihannya. Aku sadar bahwa pilihanku saat ini hanya membutuhkan
sedikit waktu, akan tetapi untuk bertahan pada pilihanku mungkin harus
menghabiskan sisa usia yang aku miliki. Karena yang tersulit dalam hidup bukan
lah memilih, tetapi bertahan pada pilihan.
Aku
dan dia sepakat menjadi kita, setelah mempertimbangkan banyak hal, memikirkan
resiko demi resiko yang akan terjadi nantinya, kita mulai untuk menitih jalan
ini bersama-sama. Membangun hubungan atas dasar kedewasaan hati. Dipupuk dengan
rasa harapan dan berjuang untuk hidup bersama di masa depan. Dengannya, aku
mengerti definisi menunggu. Menunggu bukan
tentang lama atau sebentar, tapi tentang pasti atau tidak. Satu hal yang sering
aku bisikkan dalam setiap doaku, entah dia sempurna atau tidak fisiknya, dalam
kecukupan atau kekurangan rezekinya, ketika tengah naik atau futur imannya,
semoga aku tetap setia, mencintai dan menguatkan hari-harinya. Begitupun juga
ku harapkan dia sebaliknya. Terima kasih Tuhan, karena sudah mengizinkanku
untuk mengenalnya, menjadi bagian cerita dihidupnya, sampai aku tak menyadari
bahwa aku dan dia telah menua bersama.